Anda seorang yang mempunyai jadwal tetap setiap hari, sedangkan pasangan Anda mempunyai jadwal yang lebih “bebas”. Anda senang keluar rumah dan bersosialisasi dengan banyak orang, sedangkan pasangan Anda lebih menikmati kesendirian dan senang membaca buku. Anda emosional, sedangkan pasangan Anda adalah orang yang rasional dan logis. Apakah keadaan diatas menggambarkan situasi Anda dengan pasangan? Dan…apakah perbedaan ini ‘mengganggu’ hubungan dalam pernikahan Anda?
Pada awal pernikahan, biasanya pasangan masih dalam fase honeymoon dimana perbedaan antara Anda dengan pasangan tidak terlalu berarti. Namun 1 tahun, 2 tahun, 5 tahun berlalu, perbedaan mulai tampak dan bahkan bisa terasa semakin membesar. Apalagi bila Anda atau pasangan sedang mengalami depresi akibat beban kerja yang menumpuk, masalah ekonomi yang tak kunjung habis, ataupun urusan pengasuhan anak yang kerap bermasalah. Rasa toleransi yang dulu begitu tinggi, sepertinya semakin hari semakin menipis akibat banyaknya stressor yang (sepertinya) muncul dari luar diri. Tanpa disadari, hal ini pun menjadi pemicu pertengkaran. Lantas, apakah banyaknya perbedaan yang muncul ini menjadi alasan keretakan keharmonisan keluarga?
Perbedaan prilaku, cara berpikir, maupun gaya komunikasi ini sesungguhnya terjadi karena adanya perbedaan gaya pribadi antara Anda dan pasangan. Apa itu gaya pribadi? Gaya pribadi adalah kecenderungan tipologis yang melekat pada diri seseorang yang umumnya dibawa sejak lahir. Karenanya gaya pribadi akan mempengaruhi cara Anda berinteraksi dengan pasangan (dan juga orang lain) yang mungkin memiliki gaya pribadi berbeda.
Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk menjawab pertanyaan: “Mungkinkah hubungan dengan pasangan bisa terjalin harmonis bila dijalani oleh dua insan yang memiliki pribadi yang bertolak belakang?” Ialah Isabel Briggs Myers dan Katharine C. Briggs yang bertahun-tahun berupaya memahami dasar perbedaan setiap insan ini. Berdasarkan teori C. G. Jung, pasangan anak dan ibu ini mengembangkan pendekatan MBTI, Myers-Briggs Type Indicators. Mereka menemukan adanya 4 perbedaan preferensi mendasar yang mendorong kita dalam bersikap dan bertindak:
Extravert / Introvert – terkait dengan asal sumber energi seseorang
Intuition / Sensing – terkait dengan bagaimana cara seseorang mendapatkan informasi
Thinking / Feeling – terkait dengan bagaimana cara seseorang membuat keputusan
Perceiving / Judging – terkait dengan bagaimana gaya seseorang menjalani hidupnya
Dalam MBTI, kombinasi 4 preferensi tersebut akan menghasilkan 16 gaya pribadi yang unik. Perbedaan pada 16 gaya pribadi ini mempunyai potensi untuk menimbulkan masalah dalam berinteraksi. Berdasarkan penelitian, perbedaan yang paling sering menimbulkan masalah adalah pasangan dengan gaya pribadi thinking dan feeling. Apalagi bila yang memiliki gaya pribadi thinking adalah suami, dan gaya pribadi feeling pada sang istri. Secara ekstrim, kesalahpahaman antara kedua tipe ini bisa berlanjut pada sakit hati. Menurut para ahli, lebih mudah bagi pasangan menemukan kecocokan apabila setidaknya mereka mempunyai dua preferensi yang serupa.
Namun bukan berarti mereka yang mempunyai gaya pribadi berbeda tidak bisa mempunyai hubungan yang harmonis. Justru sebaliknya mereka bisa saling melengkapi kekurangan yang dimiliki oleh pasangannya, asalkan masing-masing mau mengerti gaya pribadi pasangannya yang unik dan mau terbuka dalam berkomunikasi, serta menjunjung tinggi nilai kejujuran, saling percaya, dan saling menghargai. Sudahkah Anda memahami gaya pribadi pasangan Anda? [ABS/RLB]
“Happiness can exist only in acceptance” ~ George Orwell