Editor’s Note: Berikut ini adalah guest post Ardhana Bayurindra dari Into The Zone
Assallammualaikum zoners!
Sebelumnya saya ucapkan selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang berpuasa di bulan Ramadhan ini. Semoga saya, Anda dan kita semua dapat memanfaatkan kesempatan yang baik ini untuk mengelola ibadah yang kita jalani menuju tingkatan yang lebih tinggi. Amin.
Teman-teman zoners, kali ini saya ingin sedikit berbagi pandangan dan pemahaman saya tentang ‘ikhlas’. Suatu bentuk sikap yang menurut saya sarat dengan ke-mental-an seseorang. Kenapa saya sebut sikap? Sebab jelas ini bukan suatu sifat atau karakter, tetapi suatu dorongan internal diri dalam merespon satu keadaan. Karena ini adalah bentuk sikap, maka subjektivitas terhadap hal ini sangat mungkin terjadi di antara banyak orang. Bahkan saya yakin sebagaian dari Anda memiliki konsep ikhlas sendiri berdasar pengalaman, pengetahuan dan pemahanan yang Anda miliki. Oleh karenanya saya tidak akan berargumen tentang pandangan orang lain. Baiklah, sebelum saya lanjutkan, terlebih dahulu ada baiknya saya paparkan sedikit makna ikhlas dari beberapa sumber yang saya temukan;
1. Al-Qur’an: pada sebuah kajian tematik di salah satu lembaga pendidikan Islam di Indonesia dijelaskan bahwa ikhlas dalam Al-Qur’an, menghadirkan empat makna yakni: ikhlas dalam konsep pilihan, ikhlas yang berarti bersih dari segala macam kotoran, ikhlas sebagai sebuah kekhususan dan ikhlas yang merujuk pada ke-Esa-an Allah SWT.
2. Quantum Ikhlas (Erbe Sentanu): menyebutkan bahwa ikhlas adalah suatu transformasi pengembangan diri dari ‘positive thinking’ menuju ‘positive feeling’, dari ‘goal setting’ menuju ‘goal praying’ dengan memberdayakan kekuatan IQ-EQ-SQ.
3. Kamus bahasa Inggris (Gramedia) menterjemahkan ikhlas dengan; sincere, with all heart and soul, give with devotion, sacrifice, accept.
Bila pengertian dan pemaknaan di atas saya kaitkan satu dengan lainnya, maka saya dapat menarik satu garis lurus yang menunjuk ikhlas sebagai sebuah kemampuan dan kekuatan dalam suatu proses keterbukaan diri (pikiran dan hati) menuju sikap prilaku yang lebih positif. Menggunakan pemahaman ini, saya mengatakan bahwa ikhlas adalah sebuah ‘sikap mental’. Seseorang dengan berbagai permasalahan hidup bila memiliki sikap mental ini, akan lebih mudah menjalani pilihan hidupnya dan mampu memperkuat proses diri yang mengarah pada sebuah kekuatan baru.
Sikap mental ikhlas mengarahkan seseorang dalam mengambil keputusan secara tegas dan secara sadar memberi kesempatan penerimaan diri terhadap apapun yang kemudian akan dihadapi. Mental ikhlas ini sedianya berfungsi sebagai benteng pertahanan diri agar si manusia tidak kian terjerumus pada situasi dilematis yang lebih dalam dan melebar. Semakin kuat sikap mental ikhlas Anda, maka semakin kuat diri Anda menjalani pilihan hidup.
Sikap mental ikhlas secara positif mengajarkan manuisa untuk memiliki optimisme dan dengan beban yang kurang, mendorong orang tersebut untuk dapat melakukan yang terbaik. Dari pengalaman, saya berani mengatakan bahwa sikap mental ikhlas dapat dilatih dan dikembangkan sesuai kebutuhan diri. Adakalanya seseorang mengalami penurunan keikhlasan, itu wajar, karena kita adalah manusia bukan robot. Kekuatan diri seseorang bisa memiliki keterbatasan, namun juga dapat dibangun hingga tanpa batas. Tentunya setiap diri kita memiliki perbedaan, karenanya penerapan sikap mental ini juga akan berbeda antara satu dengan lainnya. Sewajarnya sikap mental ikhlas ini diterapkan secara berimbang, bahwa setiap persoalan membutuhkan ‘clearness‘ (diri) dalam penyelesaiannya, itu benar. Namun kadangkala rasio dan empati kita perlu ikut andil dalam pengambilan keputusan, terutama saat situasi itu terkait dengan keberadaan orang lain.
Ada sisi lain dari diri seseorang yang juga memiliki andil dalam pengembangan sikap mental ini, yakni yang disebut dengan ‘believe system‘. Hal ini akan memperkuat keyakinan seseorang pada satu kekuatan yang lebih besar dari diri mereka dan secara positif menempatkan kesadaran mereka pada tingkatan yang lebih tinggi. ‘Believe system’ ini merujuk pada siapa atau apa kita meyakini adanya kekuatan terbesar atau yang lebih besar dari diri kita dan dimana kita dapat bergantung pada kekuatan tersebut serta memiliki pengaruh atas hidup kita. Bila Anda beragama mungkin kekuatan itu adalah Tuhan yang Anda sembah, bila Anda memiliki keyakinan lain mungkin saja alam semesta ini menjadi kekuatan andalan terbesar, atau mungkin saja kekuatan cinta adalah believe system Anda dan sebagainya. Saat sikap mental memasuki mode ikhlas, maka kekuatan ‘believe system’ itu berfungsi mengalirkan rasa nyaman dan tenang pada diri sekaligus menetralisir berbagai konflik yang mungkin sebelumnya berkecamuk dalam diri.
Bila kedua hal tersebut – sikap mental ikhlas dan believe system – digabungkan, maka terbentuklah suatu formasi kekuatan baru, yakni yang saya istilahkan dengan ‘kekuatan intuitif’. Satu bentuk kemampuan diri yang dapat menalar suatu keadaan secara tegas, berimbang dan tidak bimbang. Bahkan dalam prakteknya, menghasilkan keselarasan berpikir dan bertindak pada diri seseorang.
Kemampuan mengembangkan intuisi ini telah membantu sejumlah klien untuk mengatasi rasa salah berlebih, penyesalan, kekecawaan, kebimbangan, stress, ketidakberdayaan, kelemahan percaya diri dan lain-lain. Semakin hari semakin kuat keyakinan saya akan keberadaan dan manfaat dari intuisi ini, karenanya saya mengajak Anda semua untuk senantiasa mempercayai intuisi Anda dimanapun dan dalam saat apapun, agar ia semakin terasah tajam.
Salam metazone, untuk zona bawah sadar Anda!
Ardhana Bayurindra adalah konsultan hipnoterapi dari Daya Insani. Anda dapat membaca artikel-artikel menarik mengenai hipnosis dan hipnoterapi yang ditulis olehnya di blog beliau Into The Zone.